Hari Raya Idulfitri selalu diidentikkan dengan hidangan khas yang memikat selera. Di Indonesia, ketupat menjadi simbol perayaan Lebaran yang selalu hadir di meja makan. Namun, tidak hanya di Indonesia, makanan khas Lebaran juga menjadi bagian dari tradisi di berbagai negara lain. Makanan-makanan tersebut bukan hanya lezat, tetapi juga memiliki makna budaya dan sejarah yang dalam.
Sejumlah makanan khas Lebaran dari berbagai negara juga tidak kalah menarik dari ketupat. Di Indonesia, selain ketupat, rendang merupakan hidangan utama yang tak pernah absen. Rendang, masakan khas Minangkabau, terbuat dari daging sapi dimasak dalam santan dan rempah-rempah selama berjam-jam. Di India, Pakistan, dan Bangladesh, Sheer Khurma menjadi makanan khas yang populer, berupa puding manis dari bihun, susu, gula, kacang, dan kurma.
Maamoul adalah kudapan khas Timur Tengah yang selalu hadir saat Lebaran. Maamoul adalah kue kering berbentuk bulat atau oval berisi kurma, kacang, atau kenari. Di Indonesia dan Belanda, Lapis Legit menjadi kue khas yang menjadi simbol kesabaran dan kerja keras. Sementara di Afghanistan, terdapat Bolani, roti pipih isi kentang, labu, atau daun bawang yang digoreng hingga renyah.
Di Bosnia dan Herzegovina, Tufahija menjadi hidangan khas saat Lebaran, berupa apel direbus dalam sirup gula dan diisi dengan campuran kacang kenari dan kayu manis. Doro Wat dari Ethiopia, Tajine dari Maroko, dan Manti dari Turki juga menjadi hidangan khas di Lebaran. Selain itu, Kek Batik dari Malaysia dan Brunei juga menjadi kue wajib saat Lebaran.
Lebaran bukan hanya tentang perayaan keagamaan, tetapi juga tentang momen kebersamaan yang erat kaitannya dengan makanan khas di setiap daerah. Meskipun setiap negara memiliki tradisi kuliner yang berbeda, semangat Idulfitri yang penuh kehangatan dan kebersamaan tetap menjadi inti dari perayaan ini. Dari ketupat hingga Maamoul, dari rendang hingga Sheer Khurma, setiap hidangan memiliki cerita dan makna tersendiri dalam tradisi Lebaran di berbagai belahan dunia.