Pada hari raya Nyepi, umat Hindu di Bali mematuhi tradisi dengan menghentikan aktivitas mereka, lampu-lampu padam, jalanan sepi, dan toko-toko tutup selama 24 jam di seluruh Bali. Namun, Desa Tenganan Pegringsingan di Pulau Dewata merayakan Nyepi dengan cara yang berbeda. Mereka melaksanakan Nyepi selama 15 hari pada ‘sasih kasa’ atau bulan pertama dalam penanggalan adat mereka.
Meskipun Nyepi di Desa Tenganan biasanya dilaksanakan pada bulan Januari, esensi dari perayaan ini tetap sama. Orang Hindu Bali memiliki empat pantangan selama Nyepi, yaitu tidak bekerja, tidak menyalakan api, tidak berpergian, dan tidak bersenang-senang. Namun, penduduk Desa Tenganan memiliki tiga pantangan tambahan selama perayaan Nyepi mereka, seperti tidak menggali tanah, tidak mendapatkan luka, dan tidak memukul logam atau menumbuk padi.
Berbeda dengan umat Hindu Bali pada umumnya, masyarakat Tenganan memiliki sistem kepercayaan dan ritual tradisional yang unik. Mereka terutama memuja Dewa Indra, Dewa Perang dan kesejahteraan, yang memengaruhi pemahaman mereka tentang proses pemurnian. Memahami perbedaan ini dapat memberi wawasan yang lebih dalam tentang keberagaman dan kompleksitas budaya Hindu di Bali.