FAJAR.CO.ID, JAKARTA — Pengamat Politik, Rocky Gerung menyebut sosok Raja Jawa yang dibicarakan Bahlil dalam pidatonya, adalah Presiden Jokowi.
Menurut Rocky, alasan Bahlil menjuluki Jokowi sebagai Raja adalah bentuk penjilat menteri ESDM Indonesia itu.
“Nah tentu kalau Jokowi tidak dinyatakan sebagai raja, tentu bagi Bahlil itu kurang cukup jilatisasinya kan,” kata Rocky dikutip, Jumat (23/8/2024).
Hal itu mempertegas bahwa Bahlil merupakan petugas dari Jokowi yang dikirim untuk menguasai Partai Golkar.
“Jadi memang Bahlil bukan sebagai pribadi, tetapi Ketua Umum Golkar memperlihatkan dengan baik bahwa dia adalah petugas dari Joko Widodo,” ungkapnya.
“Jadi sebagai Ketua Golkar akhirnya, Bahlil merendahkan sendiri kapasitas dia tuh karena dia dari awal didesain untuk memimpin Golkar berdasarkan perintah sang Raja Jawa kan,” tegas Dosen UI tersebut.
Rocky menambahkan, julukan Raja Jawa akan dikenang oleh masyarakat Indonesia yang menempel pada Jokowi.
“Jadi kebengisan Raja Jawa sebagai bentuk sensasi baru yang diingat oleh rakyat Indonesia. Inilah yang saya sebut di awal kecelakaan sejarah yang membahagiakan rakyat,” bebernya.
Rocky menyebut jika Jokowi akan diingat dengan Raja Jawa yang bengis selama 10 tahun kepemimpinannya.
“Jadi tidak perlu lagi ditutup-tutupi, bahwa semua analisis politik akan menganggap bahwa selama periode 10 tahun ini Jokowi bukan presiden, tetapi sebagai raja,” ungkapnya.
“Raja yang baik bukan, tetapi raja yang bengis karena digambarkan oleh Bahlil sendiri bahwa raja itu bisa keluar tiba-tiba dengan seringainya,” pungkasnya. (Ikbal/fajar)