Profesor Henri Subiakto mengingatkan masyarakat agar lebih berhati-hati dalam memahami politik pencitraan yang kerap dipenuhi oleh kebohongan. Ia menyoroti kasus pembubaran Petral di masa awal pemerintahan Presiden Jokowi yang dianggap sebagai ilusi perubahan tanpa dampak yang nyata. Meskipun Petral resmi dibubarkan, para pemain utama dalam bisnis minyak negara masih tetap beroperasi tanpa rasa takut akan hukuman. Bahkan, Profesor Henri mengungkap bahwa anak dari tokoh yang dikenal sebagai mafia minyak sempat menduduki posisi tinggi di Pertamina sebelum terlibat dalam skandal korupsi pengoplosan minyak. Menurutnya, pembubaran Petral mungkin hanya merupakan strategi pencitraan semata, dengan rentetan sistem transaksi minyak negara yang tidak mengalami perubahan yang signifikan.
Profesor Henri juga mengajak masyarakat untuk lebih kritis dalam menerima informasi dari pemerintah dan media, karena seringkali apa yang didengar tidak sesuai dengan kejadian sebenarnya. Ia menyoroti inkonsistensi dalam penegakan hukum yang seringkali dimanfaatkan sebagai alat pencitraan saja. Profesor Henri menekankan pentingnya penanganan kasus hukum secara transparan, menyeluruh, dan tuntas tanpa pandang bulu. Beliau juga menegaskan bahwa rakyat harus berpikir skeptis dan mencari tahu kebenaran di balik layar politik, serta tidak terlalu mudah percaya pada pernyataan pejabat atau propaganda buzzer. Dengan demikian, masyarakat tidak akan terus menjadi korban dari kebohongan politik yang hanya menguntungkan segelintir elite.