FAJAR.CO.ID, JAKARTA — Muhammad Said Didu memberikan tanggapannya terhadap pengungkapan biaya umrah Syahrul Yasin Limpo (SYL) dan keluarganya yang dibiayai oleh Kementerian Pertanian (Kementan) hingga mencapai jumlah yang fantastis, Rp 1,35 miliar.
Said Didu menyebut hal ini sebagai sesuatu yang menjijikkan.
“Menjijikkan!,” ujar Said Didu dalam keterangannya di aplikasi X @msaid_didu (2/5/2024).
Dalam komentarnya, Said Didu mengecam penggunaan uang publik untuk membiayai kegiatan umrah pribadi seorang pejabat.
“Semua keluarga dibiayai uang haram,” tukasnya.
Ia menyatakan kekecewaannya dan menggambarkan hal ini sebagai bentuk penyalahgunaan dana publik yang merugikan negara dan masyarakat.
Said Didu juga menyayangkan fakta bahwa tidak hanya umrah, namun biaya sunatan cucu SYL juga disebutkan dalam pengungkapan tersebut.
“Sunatan cucu pun pake uang rakyat,” tandasnya.
Ia menilai penggunaan dana publik untuk keperluan pribadi seperti ini tidaklah pantas dan tidak etis.
Sebelumnya, dalam sidang tindak pidana korupsi (tipikor), kesaksian seorang pegawai Kementerian Pertanian (Kementan) mengungkap fakta mengejutkan bahwa Syahrul Yasin Limpo (SYL) melakukan perjalanan umrah ke Mekkah yang dibiayai oleh Kementan.
Biaya umrah tersebut mencapai angka fantastis, yaitu Rp 1,35 miliar, yang tidak semuanya masuk dalam Anggaran Kementan.
Pengungkapan ini menambah daftar panjang kontroversi terkait penggunaan dana publik oleh pejabat negara untuk kepentingan pribadi.
Dalam sidang tersebut, kesaksian pegawai Kementan memberikan bukti bahwa biaya umrah SYL tidak sepenuhnya dicatat dalam anggaran resmi Kementan, menimbulkan pertanyaan serius tentang penggunaan dana publik secara transparan dan akuntabel.