Sebuah penelitian terbaru menemukan bahwa chatbot berbasis kecerdasan buatan (AI) cenderung memberikan jawaban yang lebih akurat ketika pengguna berbicara dengan nada kasar atau menuntut. Penelitian ini dilakukan dengan menguji 50 pertanyaan pilihan ganda yang mencakup berbagai topik seperti sains, matematika, dan sejarah. Setiap pertanyaan diajukan kepada ChatGPT dengan lima kategori nada berbeda, mulai dari sangat sopan hingga sangat kasar. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat akurasi jawaban dari ChatGPT meningkat seiring dengan peningkatan kekasaran nada yang digunakan oleh pengguna.
Meskipun hasil penelitian ini menunjukkan bahwa chatbot bisa memberikan jawaban lebih akurat ketika ditanya dengan nada kasar, hal ini tidak seharusnya dijadikan alasan untuk bersikap tidak sopan terhadap chatbot. ChatGPT tetap sensitif terhadap petunjuk yang diberikan oleh pengguna, sehingga sikap yang tidak sopan dapat berdampak negatif pada pengalaman pengguna. Para peneliti juga tidak menyarankan penggunaan bahasa yang menghina atau merendahkan dalam berinteraksi dengan chatbot, karena hal tersebut dapat menciptakan kebiasaan komunikasi yang buruk.
Penelitian ini merupakan bagian dari bidang baru yang disebut rekayasa prompt, yang berfokus pada bagaimana struktur, gaya, dan bahasa prompt dapat mempengaruhi kinerja chatbot berbasis kecerdasan buatan. Dalam konteks ini, penelitian tersebut memberikan wawasan yang berharga tentang bagaimana chatbot merespons berbagai jenis nada dan bahasa yang digunakan oleh pengguna. Hal ini dapat membantu dalam pengembangan sistem AI yang lebih responsif dan efektif dalam berinteraksi dengan manusia.












