Xpeng, produsen mobil Cina, telah membuat keputusan kontroversial untuk menarik lidar dari kendaraan listriknya, memilih untuk mengandalkan visi, bahasa, dan aksi dalam pendekatan otonomi mereka. Keputusan ini dituangkan dalam sistem Navigation Guided Pilot (XNGP) yang mereka kembangkan, berbeda dengan Full Self-Driving (FSD) Tesla yang masih memerlukan pengawasan pengemudi konstan. Meskipun beberapa perusahaan seperti Waymo dan Zoox menggunakan lidar untuk melatih AI mereka, Xpeng percaya bahwa data lidar tidak berkontribusi pada sistem AI mereka dan telah membangun sistem yang tidak dirancang untuk mendukung lidar.
Perdebatan tentang keunggulan lidar versus kamera dan video masih belum selesai, dengan Tesla dan Xpeng masing-masing mempertahankan pendekatan mereka. Meskipun Xpeng telah mengundang CEO Tesla, Elon Musk, ke Cina untuk mencoba sistem XNGP mereka, kedua perusahaan terus mengembangkan teknologi otonomi mereka dengan keyakinan masing-masing. Dengan perusahaan lain seperti Ji Yue di China juga mengadopsi pendekatan berbasis visi untuk otonomi, terjadi persaingan sengit dalam pengembangan mobil tanpa pengemudi.
Namun, dengan robotaxis yang sepenuhnya tanpa pengemudi hanya dimiliki oleh perusahaan seperti Waymo dan Zoox yang menggunakan lidar, tantangan untuk mencapai otonomi sejati masih terasa jauh. Meskipun visi dan kamera telah terbukti menjadi solusi yang lebih sederhana dan murah daripada lidar, perdebatan tentang kehandalan dan keunggulan teknologi ini akan terus berlanjut dalam industri mobil otonom. Hingga saat mobil khusus kamera dapat beroperasi tanpa pengemudi manusia yang mengintervensi, kita harus tetap skeptis terhadap janji-janji otonomi penuh yang terus diutarakan.










