Volvo Cars mengalami pasang surut dalam kinerjanya setelah mencatat rekor penjualan dan keuntungan pada tahun sebelumnya. Memasuki kuartal pertama tahun ini, produsen mobil asal Swedia itu melaporkan hasil yang mengecewakan dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Pendapatannya turun 11,7%, laba usahanya turun 72%, dan penjualan global kendaraan juga mengalami penurunan sebesar 6%, mencapai 172.219 unit.
Untuk mengatasi situasi ini, Volvo telah mengumumkan rencana pemotongan biaya besar-besaran sebesar $1,87 miliar (SEK 18 miliar). Langkah ini melibatkan pemutusan hubungan kerja, pengurangan investasi, dan restrukturisasi operasi di wilayah Amerika Serikat dengan pembentukan wilayah penjualan Amerika yang meliputi AS, Kanada, dan pasar di Amerika Latin.
CEO Volvo Cars, Håkan Samuelsson, mengakui bahwa industri otomotif sedang menghadapi tantangan yang sulit, dan perusahaan akan fokus pada memperkuat bisnisnya. Selain itu, perusahaan ini juga menurunkan prioritas operasinya di Eropa dan mulai lebih fokus pada wilayah baru Amerika dan Greater China. Volvo juga berencana meluncurkan model plug-in hybrid pertamanya di China dalam waktu dekat sebagai bagian dari strategi pengembangan produknya.
Dalam upaya untuk meningkatkan performa, Volvo juga melakukan pergantian posisi di kepemimpinan dengan Luis Rezende yang akan menggantikan Mike Cottone sebagai kepala operasi di wilayah Amerika. Perusahaan ini juga mencatat perombakan manajemen dengan pemecatan CEO sebelumnya, Jim Rowan, dan penunjukan kembali Håkan Samuelsson sebagai CEO. Volvo Cars juga fokus pada pengembangan platform Scalable Product Architecture (SPA) yang telah menjadi dasar bagi sebagian besar produknya selama dekade terakhir.