Cina telah bergerak dengan cepat dalam mengembangkan inovasi teknis untuk kendaraan listrik (EV). Mengambil inspirasi dari Silicon Valley, merek-merek mobil Cina terus meningkatkan kendaraan dan perangkat lunak mereka. Beberapa tahun lalu, fitur bantuan pengemudi di jalan raya hanya tersedia pada mobil kelas atas di Cina, namun sekarang teknologi tersebut bahkan hadir pada mobil termurah seharga $10.000 dari BYD. Namun, ada kabar terbaru yang menunjukkan bahwa perkembangan ini mungkin terlalu cepat.
Badan pengatur Cina baru-baru ini mengatur beberapa fitur “otonom” yang ada pada mobil, dengan tujuan menjelaskan kepada konsumen apa yang sebenarnya dapat dilakukan oleh kendaraan tersebut. Sebagai contoh, merek-merek sekarang tidak diizinkan lagi untuk mengiklankan teknologi “otonom” sebagai “beta”. Seiring dengan itu, istilah seperti “mengemudi otonom” atau “mengemudi otomatis” tidak lagi boleh digunakan dalam pemasaran, dan harus merujuk pada tingkat pengemudian dengan bantuan yang sesuai.
Pemerintah Cina juga menerapkan pembatasan terhadap pembaruan perangkat lunak melalui udara setelah insiden Xiaomi SU7 beberapa minggu yang lalu. Insiden tersebut melibatkan SU7 yang berusaha menabrak zona konstruksi dengan kecepatan tinggi, menyebabkan kecelakaan fatal. Hal ini mengingatkan bahwa fitur bantuan pengemudi canggih dapat membantu, namun kemampuan pengemudi dalam mengontrol kendaraan tetap diperlukan.
Langkah-langkah ini diharapkan dapat menekankan bahwa kendaraan dengan fitur bantuan pengemudi tidak boleh dianggap mampu mengemudi sendiri, dan bahwa keamanan dan keselamatan pengemudi tetap menjadi prioritas utama. Ini adalah langkah bijak yang diharapkan dapat dicontoh oleh pemerintah lain di seluruh dunia untuk memastikan keamanan pengguna jalan raya.