Perayaan Hari Raya Nyepi sebagai perayaan Tahun Baru Saka dikenal dengan suasana hening dan refleksi diri. Meskipun Bali menjadi pusat perayaan Nyepi, beberapa daerah di Indonesia dengan komunitas Hindu yang signifikan juga merayakannya dengan tradisi khas masing-masing. Hal ini menunjukkan bagaimana tradisi Hindu dapat berkembang sesuai dengan konteks lokal sambil tetap mempertahankan esensi spiritual dan budayanya.
Di Lombok, Nusa Tenggara Barat, perayaan Nyepi dimulai dengan upacara ‘Mekiis’ di pantai pada malam ‘Pengerupukan’ yang mirip dengan upacara Melasti di Bali. Pawai ogoh-ogoh juga menjadi bagian dari perayaan ini, di mana patung raksasa yang menjadi simbol kejahatan diarak dan dibakar untuk mengusir roh jahat. Komunitas Hindu di Sumbawa, Nusa Tenggara Barat, juga merayakan Nyepi dengan rangkaian upacara serupa, menunjukkan semangat perdamaian dan harmoni antara manusia dan alam semesta.
Di Surakarta, Jawa Tengah, perayaan Nyepi berlangsung meriah meskipun umat Hindu merupakan minoritas. Di sini, rangkaian acara mencakup upacara Melasti, pawai ogoh-ogoh, dan ritual Catur Brata Penyepian. Di Yogyakarta, umat Hindu mengadakan upacara Tawur Agung Kesanga dan pawai ogoh-ogoh di kompleks Candi Prambanan menjelang Nyepi, menunjukkan simbol toleransi antar umat beragama.
Komunitas Hindu di Malang, Jawa Timur, juga merayakan Nyepi dengan berbagai ritual, termasuk pawai ogoh-ogoh yang melibatkan partisipasi masyarakat setempat. Sementara di Mataram, Nusa Tenggara Barat, ibu kota provinsi dengan populasi Hindu yang signifikan, perayaan Nyepi diwarnai dengan kegiatan keagamaan dan budaya. Begitu juga di Kupang, Nusa Tenggara Timur, di mana walaupun komunitas Hindu tidak sebesar di Bali, namun merayakan Nyepi tetap menjadi momen yang kuat dan bermakna.