Dalam beberapa hari terakhir, kebakaran yang melanda tiga distrik di Los Angeles, Amerika Serikat, telah menarik perhatian dunia. Pandangan dari Imam Shamsi Ali, seorang ulama terkemuka yang berbasis di New York, mengenai peristiwa ini menyoroti masalah misinformasi dan dramatisasi yang sering terjadi, termasuk melalui penggunaan teknologi seperti artificial intelligence (AI). Ali mengecam penyebaran informasi yang cepat namun tidak akurat di era digital, dengan banyak gambar dan video yang didramatisasi dan disebarluaskan, menciptakan persepsi yang keliru di masyarakat. Dia juga menegaskan bahwa mengaitkan kebakaran ini dengan balasan Tuhan atas genosida di Gaza adalah suatu penghakiman yang tidak etis dan tidak berdasar.
Selain itu, Ali juga menyoroti adanya rasisme sistemik di Amerika, yang tercermin dalam perbedaan perhatian publik terhadap kebakaran ini dibandingkan dengan kejadian serupa di komunitas miskin, seperti komunitas Hispanic di masa lalu. Dia menekankan bahwa negara bagian California memang sering mengalami kebakaran karena kondisinya yang tropis, kering, dan berangin kencang. Sebelumnya, California pernah mengalami kebakaran yang lebih luas dan lama, yang mengakibatkan kerugian yang lebih besar bagi warga setempat. Menurut Shamsi Ali, hal-hal seperti ini seharusnya tidak dikaitkan dengan penghakiman Tuhan dan harus ditangani dengan lebih bijaksana.
“Dramatisasi Kebakaran LA: Wawasan Shamsi Ali”
