portaldetik.info informasi berita umum, harian, terkini, dan terupdate
Berita  

Sjafrie Sjamsoeddin Penerus Prabowo Sebagai Menteri Pertahanan Baru: Warisan Keluarga Panglima Perang Kerajaan Bone

Sjafrie Sjamsoeddin Penerus Prabowo Sebagai Menteri Pertahanan Baru: Warisan Keluarga Panglima Perang Kerajaan Bone

FAJAR.CO.ID, JAKARTA— Presiden RI Prabowo Subianto didampingi Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka melantik Menteri Kabinet Merah Putih masa jabatan 2024-2029.

Terdapat 48 menteri dan 5 pejabat setingkat menteri yang dilantik di Istana Negara, Jakarta, Senin (21/10/2024) pagi.

Pelantikan berdasarkan Keputusan Presiden Nomor 133/P Tahun 2024 tentang Pembentukan Kementerian Negara dan Pengangkatan Menteri Negara Kabinet Merah Putih Periode Tahun 2024-2029, yang ditetapkan pada tanggal 20 Oktober 2024.

Salah satu yang dilantik adalah Sjafrie Sjamsoeddin, sebagai Menteri Pertahanan menggantikan Prabowo Subianto.

Sjafrie Sjamsoeddin merupakan putra kelahiran 30 Oktober 1952,
Makassar, Indonesia. Dihimpun berbagai sumber, Sjafrie Sjamsoeddin merupakan keturunan panglima perang La Temmu Page Arung Labuaja.

La Temmu Page, adalah seorang bangsawan Bugis Bone. Seorang Arung yang terjun langsung memimpin pasukan mengangkat senjata, bertempur mengusir pasukan penjajah yang menyerbu negeri Kerajaan Bone.

La Temmu Page menerima tombak panglima perang dan sebuah badik pusaka dari Raja Bone La Pawawoi Karaeng Segeri sebagai simbol perintah untuk terus berjuang.

“Serahkan tombak Panglima perang ini kepadanya agar meneruskan perjuangan melawan Belanda,” pesan La Pawawoi Karaeng Segeri pada utusan La Temmu Page, dilembah Awo, perbatasan Pinrang – Wajo, saat sudah ditangkap oleh Belanda dikutip Buku La Temmu Page Arung Labuaja : Sang Jenderal Kerajaan Bone dengan Taktik Perang Gerilyanya.

Inilah yang menjadi simbol amanah Raja Bone yang bagi La Temmu Page, harus dilaksanakan sepenuh hati dan jiwanya. Bahwa kemudian Belanda berhasil ‘mencekokinya’ untuk menyerah, tak lain karena kelihaian belaka yang memperhadapkan dengan suatu situasi yang bagi Orang Bugis, bukannya menyerah, melainkan mendiamkan perlawanannya melalui cara lain.