Fajar.co.id, Jakarta — Belakangan ini, informasi tentang pro kontra penggunaan inovasi teknologi nyamuk Wolbachia di Indonesia semakin menjadi perbincangan hangat. Hal ini terjadi karena penyebaran nyamuk Wolbachia di Bali untuk sementara waktu ditunda karena adanya penolakan dari sejumlah kalangan terhadap pelepasan jenis nyamuk tersebut yang diklaim mampu mencegah penularan penyakit demam berdarah.
Anggota DPD RI Dapil DKI Jakarta, Fahira Idris, menyatakan bahwa Pemerintah perlu memahami adanya kekhawatiran dan penolakan dari masyarakat terkait penyebaran nyamuk Wolbachia di daerah mereka. Selain karena inovasi Nyamuk Ber-Wolbachia masih relatif baru, sosialisasi terkait kebijakan ini juga masih sangat minim. Terlebih lagi, secara psikologis, masyarakat masih menghadapi trauma akibat pandemi besar yang baru-baru ini terjadi.
“Kekhawatiran masyarakat dan penolakan terhadap program ini harus dipahami dan diterima. Nyamuk ber-Wolbachia merupakan inovasi teknologi yang baru sehingga seharusnya ada kondisi awal di mana pelaksana program memberikan penjelasan dan pendampingan secara intensif kepada masyarakat yang menjadi sasaran program. Tanpa dukungan masyarakat, sebaik apapun program ini tidak akan berjalan maksimal. Oleh karena itu, persetujuan masyarakat menjadi hal yang utama dan penting,” ujar Fahira Idris di Komplek Parlemen, Senayan Jakarta, Rabu (22/11/2023).
Menurut Fahira Idris, semua pihak terkait program ini harus mampu meyakinkan masyarakat terutama di kota-kota yang akan dijadikan proyek percontohan implementasi teknologi Wolbachia ini. Harus ada jaminan saat ini maupun di masa mendatang bahwa teknologi Wolbachia aman bagi masyarakat dan lingkungan. Kekhawatiran dan pertanyaan masyarakat terkait rekayasa genetika dan nyamuk transgenik harus dijawab dan diklarifikasi dengan ilmiah serta bukti yang nyata.
